Diantara gegap gempita menyambut tahun ajaran baru,
wacana tentang sekolah unggulan atau sekolah favorit pun bergulir. Para orang
tua dan konsumen pendidikan rame-rame
mencari sekolah yang dianggap unggul untuk memberi atau memilihkanyang terbaik
untuk putra-putrinya. Tapi bagaimana sebenarnya kreteria sekolah unggul
sebenarnya? Apakah sekolah yang menyeleksi dan memilih dengan ketat kualitas
akademis calon siswanya dengan tes-tes kognitif? Atau sekolah yang tiap tahun langganan Nilai NEM tertinggi?,atau sekolah
yang hanya anak pintar secara akedemis saja yang boleh masuk, yang nakal, yang
IQ nya rendah tidak bisa masuk?atau seperti apa?
Maka, dari pada kita ramai memperdebatkan itu, mari kita baca apa kata pakar, terkait
indikator sekolah unggul. Kami berusaha mengulik dari pendapat pakar pendidikan
yaitu bapak Munif Chatib dan Tom J.
Parkins. Berikut pendapat mereka :
"Indikator
sebuah sekolah dapat dilihat dari tiga komponen, yaitu INPUT, PROSES, dan
OUTPUT".
Pada komponen INPUT, adalah dititikberatkan pada bagaimana sekolah tersebut menerima siswa baru. Ada dua konsep yang berbeda dalam cara sekolah menerima siswa barunya, yaitu:
Sekolah dengan konsep ”BEST INPUT”
Sekolah yang menganut konsep ”BEST INPUT”, yaitu bahwa siswa-siswa unggul yang diharapkan masuk dan mendaftar di sekolah tersebut dengan cara harus melewati beberapa tes formal dan kognitif. Sekolah tersebut meyakini bahwa keunggulan sekolahnya berdasarkan keunggulan akademik siswa-siswa baru yang lulus tes masuk. Artinya sekolah unggul adalah sekolah yang inputnya unggul.
Ciri-ciri sekolah yang menganut konsep ”BEST INPUT” adalah sebagai berikut:
- Menerapkan tes masuk kepada siswa-siswa yang akan mendaftar ke sekolah tersebut. Tes masuk ini bahkan menilai kemampuan akademik siswa dan moral siswa. Diharapkan siswa yang diterima adalah siswa-siswa yang mempunyai nilai akademik positif (baca: pandai) dan moral positif (baca: baik, tidak nakal).
- Apabila jumlah siswa yang mendaftar melebihi jumlah kapasitas sekolah, maka siswa yang berhasil diterima adalah hasil sortir dari nilai tes masuk yang tertinggi sampai sebatas jumlah kapasitas yang tersedia. Sedangkan siswa-siswa yang nilainya tidak masuk atau lebih dari kapasitas sekolah tersebut maka dianggap tidak berhasil diterima di sekolah tersebut.
- Biasanya sekolah tersebut tidak lagi menganggap perlu tahap proses pembelajaran. Terutama para guru sudah merasa cukup mengajar biasa-biasa saja sebab kebanyakan siswanya pandai-pandai.
- Biasanya sekolah tersebut mempunyai guru-guru yang cara mengajarnya konservatif dan tidak kreatif.
- Keberhasilan sekolah tersebut pada output lebih disebabkan keunggulan dan minat siswa dan keluarganya untuk dapat berhasil lulus. Sedangkan peranan guru dalam keberhasilan siswanya relatif kecil.
·
Kritik untuk
sekolah ”BEST INPUT”:
Menurut Tom J. Parkins, hampir 99% sekolah di Indonesia dalam model penerimaan siswa barunya menganut ”BEST INPUT”. Hal ini berlaku juga pada sekolah yang dikatakan unggul atau favorit. Hanya beberapa sekolah unggul saja di Indonesia yang sudah meninggalkan konsep ini.
”BEST INPUT” mengkerdilkan fungsi sekolah sebenarnya. Menurut Tom, sekolah pada hakekatnya adalah wadah untuk untuk mengubah siswa-siswa yang belajar di dalamnya untuk dapat berhasil. Jadi sekolah dan guru adalah sebagai ”agen perubah” siswa-siswanya. Sekolah dan guru harus mampu mengubah siswa-siswa yang mempunyai kemampuan akademik dan moral negatif menjadi siswa-siswa yang mempunyai kemampuan akademik dan moral positif. Jadi dapat dikatakan naif sekali apabila sekolah malah tidak menginginkan siswa-siswa yang mempunyai kelemahan yang daftar dan masuk ke sekolah tersebut. Sekolah seperti itu berarti sekolah yang tidak melakukan fungsinya sebagai ”agen perubah”.
Kualitas Tes Masuk pada sekolah BEST INPUT juga perlu dievaluasi. Artinya sangat tidak manusiawi. Menilai kemampuan siswa dengan besarnya angka-angka kognitif pada kualitas pengetahuan yang rendah sangat tidak adil. Penulis pernah menginterview seorang teman yang mengajar di sebuah SD terkenal tentang tes masuk penerimaan siswa baru. Guru tersebut mengatakan bahwa di sekolahnya siswa yang dapat diterima di sekolahnya adalah yang mempunyai nilai 75 ke atas. Sedangkan nilai 74 ke bawah tidak diterima. Ketika penulis menanyakan kepada kepala sekolah tersebut tentang sebenarnya apa bedanya nilai 75 dan 74, hanya terpaut 1 digit saja, namun punya dampak yang berbeda. Seseorang tidak dapat masuk sekolah yang diinginkannya hanya karena kurang 1 digit. Tentu saja guru tersebut tidak mampu menjawabnya.
Mengutip kalimat pak Munif Chatib : Kualitas
guru pada sekolah yang menganut konsep ini, biasanya juga rendah atau
biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa pada mutu guru. Bahkan menurut
penelitian beliau pada sekolah yang favorit di Surabaya, beberapa guru bahkan
dianggap ”gagap teknologi” (baca: gaptek) oleh siswa-siswanya dalam hal
teknologi internet. Guru merasa tidak harus berusaha sekuat mungkin untuk
mengubah siswanya menjadi pandai dan mengerti banyak ilmu pengetahuan, sebab
kebanyakan siswanya sudah pandai. Apalagi biasanya siswa sudah kursus banyak
bidang studi di luar sekolah.
Sekolah dengan konsep ”BEST PROCESS”
Sekolah yang menganut konsep bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran , tidak menitikberatkan pada kualitas akademik siswa-siswa baru yang masuk ke sekolah tersebut. Sekolah model ini dengan suka cita menerima semua siswa dalam kondisi apapun.
Ciri-ciri sekolah yang menganut ”BEST PROCESS” ini adalah sebagai berikut:
Sekolah dengan konsep ”BEST PROCESS”
Sekolah yang menganut konsep bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran , tidak menitikberatkan pada kualitas akademik siswa-siswa baru yang masuk ke sekolah tersebut. Sekolah model ini dengan suka cita menerima semua siswa dalam kondisi apapun.
Ciri-ciri sekolah yang menganut ”BEST PROCESS” ini adalah sebagai berikut:
- Sekolah ini tidak menerapkan tes masuk pada siswa barunya. Biasanya sekolah ini menggunakan sebuah perangkat riset/observasi untuk mengetahuai kondisi kemampuan siswa yang masuk ke sekolah tersebut, sehingga mampu mengetahui banyak dimensi kondisi kemampuan dan kekurangan siswanya.
- Sekolah dan guru pada sekolah ini akan mendapatkan sebuah kenyataan tentang kemampuan akademik dan moral siswa-siswa barunya sangat beragam. Sehingga hal ini merupakan tantangan bagi guru untuk mengubah menjadi ke arah positif. Akhirnya guru-guru di sekolah ini dituntut menjadi ”agen perubah” . Mengubah kondisi akademik dan moral siswa yang negatif menjadi positif.
- Menurut Tom J. Parkins, inilah sekolah yang sebenarnya, sekolah yang menerima segala kondisi siswanya. Kemudian kondisi itu dipelajari dan diteliti, lalu dengan data tersebut, para guru mencoba mengembangkan kemampuan siswa-siswanya dengan cara yang berbeda-beda. Sekolah unggul adalah sekolah yang menitik beratkan pada kualitas proses pembelajaran, dan ini ada pada pundak guru, bukan pada kualitas input siswanya.
- Guru-guru pada sekolah ini
biasanya kreatif, sebab meyakini bahwa gaya mengajar guru tersebut harus
disesuaikan dengan gaya belajar siswanya. Tuntutan mengajar dengan pola
demikian hanya dapat dilakukan oleh guru-guru yang handal, punya dedikasi
dan kompetensi mengajar yang baik. Dengan demikian sekolah yang menerapkan
konsep ini, biasanya jadwal pelatihan guru sangat padat. Guru benar-benar
diharapkan profesional dan menjadi agen perubah.
Kesimpulan dari pendapat mereka tersebut adalah:
- Masih sedikitnya (baca: 1%) sekolah di Indonesia yang dikategorikan sekolah unggul, baik pada komponen input, proses, dan output.
- Paradigma sekolah unggul di Indonesia masih banyak yang harus dikoreksi dan ditata lagi, terutama pada input penerimaan siswa baru.
Bagaimana
dengan Insan Kamil??
Memang banyak dari
kita yang awalnya menganggap sekolah unggul atau favorite adalah sekolah yang
menerima siswanya dengan seleksi ketat, yang pandai dan yang baik itu berhak
masuk. Bagi kami sekolah unggul atau SEKOLAHNYA MANUSIA yang menerima siswanya
dalam kondisi apapun. Mungkin ada yang pintar, baik, bodoh, nakal ataupun siswa
yang mempunyai hambatan. insan kamil berusaha menjadi Sekolah yang senantiasa
menghargai setiap kondisi. karena kita percaya
semua anak adalah bintang, masterpiece, karya agung Tuhan.
Karena sekarang anda telah tahu, maka pilihan ditangan anda ,
mau pilih sekolah unggul betulan atau sekolah unggul-unggulan? Ya, Sampai kita
percaya bahwa sekolah kita adalah yang 1% itu. Mari bersama gelorakan semangat ”GIVING
THE BEST PROCESS”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar