Kamis, 24 Januari 2019

Rumah Cahaya*



Aku masih saja menyimpan mimpi itu
Saat hujan pecah di suatu pagi
membuncahkan sejuta kilometer rindu
pada rumah penuh damai
:hatimu
Kekasihku, daun-daun sehijau hatimu
gugur di sekujur belantara waktu
dan pada sungai-sungai tanpa tirai, engkau
menawar luka pada asa yang masai
dan menjadikannya laut bagi puisi
Pagi gigil, antarkan kau ke kapal waktu
yang tengah berlabuh memeluk sisa usia
menuju perkampungan tanpa ruang
: Rumah cahaya
Maka, biarkan kami menangkap pedar nyala itu
Mengabadikan sisa usia dengan terus merawat mimpimu
Menghimpun aksara demi aksara, membangun cinta demi cinta
Dan merangkainya menjadi rantai pahala
:untukmu

*teruntuk ibu, guru juga sahabatku Rien Kisworini yang telah menyelesaikan tugas kehidupannya dengan paripurna.
Dan disini, aku masih saja menyimpan mimpi kita, untuk kembali saling berdampingan nama dalam buku yang sama, dan berharap suatu saat nanti bisa disatukan dalam rumah cahayaNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teras Puisi 2 (Tema Kemerdekaan)