Jumat, 22 Februari 2019

MEDAN PERANG IDEOLOGIS ITU BERNAMA MEDIA


Benturan antar ideologi di dunia ini merupakan sebuah keniscayaan. Dan tak dapat dipungkiri, benturan demi benturan akan senantiasa terjadi. Selayak sebuah kekuatan besar yang saling bersaing untuk menguasai peradaban, perang ideologi menjadi medan untuk saling menaklukan. Berbagai jalan ditempuh untuk memenangkan peperangan ideologi ini, mulai penguasaan/intervensi sistem sebuah negara, perang pemikiran lewat para cendikia, hingga penguasaan media yang menjadi sarana perang antar ideologi.

Media massa yang diyakini menjadi alat paling ampuh untuk melencarkan serangan pada ideologi lawan . tentu saja, yang dibidik bukan melukai fisik, tapi lebih pada mengoyak iman dan aqidah(ideologi) seseorang. Segala sarana yang terkategori media massa entah itu game, music, film, surat kabar, TV bahkan internet, menjadi senjata yang efektif untuk menyebarkan paham atau pemikiran dari sebuah ideologi.

Kita pernah mendapati sebuah game yang khusus dirancang untuk mendistorsi sebuah pemahaman tentang fakta sejarah sebuah peradaban agung(baca:Islam). Dalam game yang bertajuk “Age Of Empire” menggambarkan sebuah perang peradaban antara peradaban Islam dengan peradaban Barat(kapitalisme-Sekularisme).  Disana digambarkan perbandingan peradaban zaman Messopotamia, Babilonia hingga zaman Shalahudin al-ayyubi yang menaklukan Yerusalem, Joan of Arc yang biasa dipanggil Maid of Orleans dengan penggambaran yang detail.Atau yang pernah memainkan game Rise of Nation, pasti tahu bagaimana sebuah peradaban bisa dimainkan. Dengan setting tiga ideologi besar di dunia, Kapitalisme, Sosialisme dan Islam yang diwakili oleh Turki, meski tak nyata pemerintahan Islam. Simulasi dalam game ini menggambarkan  bagaimana antar negara pemegang ideologi menjalin kerjasama perdagangan dengan negara lain, hubungan diplomatik, pencapaian teknologi  sampai ekspansi besar-besaran dengan mengerahkan kekuatan militer untuk menjajah negara(ideologi) lain.

Selain game, betebaran pula buku-buku, majalah, zine dan bahkan tulisan di internet yang nyata-nyata sebagai bentuk benturan Ideologi.Bahkan saat ini, pertarungan Islam dengan Kapitalisme-Sekularisme sedang panas-panasnya. Internet dan pesatnya media sosial juga memiliki andil besar dalam mempengaruhi intensitas berkembangnya perang ideologi. Keduanya mampu menjadi medan perang ideologi paling efektif saat ini untuk membidik kaum intelektual. Banyak website, akun dan sebagainya yang menyerang Islam, meski kebanyakan berlabel Islam.

Perang ideologi pun bisa kita jumpai lewat musik juga film. Islam, Kapitalisme, dan Sosialisme juga getol mempropagandakan ideologi lewat dua media ini. Dan yang baru-baru ini terjadi, dan ramai dibicarakan adalah tayangnya sebuah Film adopsi dari film Turki,King Sulaeman yang ditayangkan disebuah stasiun Televisi swasta. Film ini disinyalir banyak pihak sebagai perlawanan ideologi kapitalis terhadap ideologi Islam yang mulai naik daun. Dalam film itu digambarkan bahwa pemerintahan Islam itu penuh cerita kelam, penuh dengan intrik-intrik dan kemunafikan. Tak hanya itu dalam film itu ditonjolkan juga bahwa penguasa Muslim penuh dengan perbuatan amoral, dengan penggambaran keberadaan Harem sang sultan.Jauh dari itu keberadaan film ini tentu memiliki peran penting dalam mengikis pemahaman umat kedepan tentang keagungan ideologi Islam yang sesungguhnya.

Hal tersebut sebenarnya bukanlah hal baru dulu saat luncur Film Die Hard 4.0 yang dibintangi Bruce Willis ada beberapa dialog yang secara implisit menyebut kaum muslimin sebagai teroris. Juga Film True Lies yang menggambarkan seorang teroris berkebangsaaan Arab yang memabawa senjata nuklir. Film ini dibintangi aktor Arnold Schwarzenegger yang digambarkan sedang menyerang sarang teroris yang berlatar belakang pemahaman Jihad. Dan masih banyak lagi.

Medan perang ideologi lewat media kan terus berkembang, tinggal ideologi mana yang dapat memenangkan. Kita sebagai pelaku sebuah peradaban memiliki pilihan, mengikuti arus yang menentang kebenaran yang telah menjadi keyakinan atau pilih melawan.Jika media menjadi senjata, sudah selayaknya kita melawannya dengan medan yang sama, begitu seharusnya. Idealnya kita bukan hanya bisa mengkritisi namun bisa juga berkarya, melawan lewat media.
Film Ar-Risalah yang dibesut oleh Moustapha Akkad menjadi contoh perlawanan perang media. Film ini dapat digarap denagn apik dan cukup detail dalam menyampaikan pesan Islam kepada seluruh Dunia. Bahkan konon kabranya di Jepang, ketika film ini diputar di bioskop yang ada disana, banyak orang jepang yang masuk Islam.

Moustapha Akkad pernah berkata”film-film sejarah memiliki daya kreativitas yang sangat tinggi. Film modern hanya memiliki kelebihan di bidang dialog dan proses pembuatannya, akan tetapi ia tidak memiliki kreativitas tersebut. Kita umat muslimin memiliki masa lalu yang indah, yang sangat berguna untuk kit6a jadikan pelajaran untuk masa depan kita. Kekhawatiran besar saya ialah terhadap jebakan-jebakan yang dipasang musuh-musuh kita. Jebakan-jebakan yang mereka tebarkan  melalui propaganda lewat media-media masa mereka. Menurutku media massa dapat dijadikan senjata yang jauh lebih mematikan dari pada tank bom dan tank”. Perkataan ini memberikan motivasi kepada kita untuk ikut serta dalam kancah peperangan media demi kemengan ideologi kita.
So, Mari ikut berperang, terus belajar dan berkreativitas!!!









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teras Puisi 2 (Tema Kemerdekaan)