Benturan antar
ideologi di dunia ini merupakan sebuah keniscayaan. Dan tak dapat dipungkiri,
benturan demi benturan akan senantiasa terjadi. Selayak sebuah kekuatan besar
yang saling bersaing untuk menguasai peradaban, perang ideologi menjadi medan
untuk saling menaklukan. Berbagai jalan ditempuh untuk memenangkan peperangan
ideologi ini, mulai penguasaan/intervensi sistem sebuah negara, perang
pemikiran lewat para cendikia, hingga penguasaan media yang menjadi sarana
perang antar ideologi.
Media massa yang
diyakini menjadi alat paling ampuh untuk melencarkan serangan pada ideologi
lawan . tentu saja, yang dibidik bukan melukai fisik, tapi lebih pada mengoyak
iman dan aqidah(ideologi) seseorang. Segala sarana yang terkategori media massa
entah itu game, music, film, surat kabar, TV bahkan internet, menjadi senjata
yang efektif untuk menyebarkan paham atau pemikiran dari sebuah ideologi.
Kita pernah
mendapati sebuah game yang khusus dirancang untuk mendistorsi sebuah pemahaman
tentang fakta sejarah sebuah peradaban agung(baca:Islam). Dalam game yang
bertajuk “Age Of Empire”
menggambarkan sebuah perang peradaban antara peradaban Islam dengan peradaban
Barat(kapitalisme-Sekularisme). Disana
digambarkan perbandingan peradaban zaman Messopotamia, Babilonia hingga zaman
Shalahudin al-ayyubi yang menaklukan Yerusalem, Joan of Arc yang biasa
dipanggil Maid of Orleans dengan penggambaran yang detail.Atau yang pernah
memainkan game Rise of Nation, pasti
tahu bagaimana sebuah peradaban bisa dimainkan. Dengan setting tiga ideologi
besar di dunia, Kapitalisme, Sosialisme dan Islam yang diwakili oleh Turki,
meski tak nyata pemerintahan Islam. Simulasi dalam game ini menggambarkan bagaimana antar negara pemegang ideologi menjalin
kerjasama perdagangan dengan negara lain, hubungan diplomatik, pencapaian
teknologi sampai ekspansi besar-besaran
dengan mengerahkan kekuatan militer untuk menjajah negara(ideologi) lain.
Selain game,
betebaran pula buku-buku, majalah, zine dan
bahkan tulisan di internet yang nyata-nyata sebagai bentuk benturan Ideologi.Bahkan
saat ini, pertarungan Islam dengan Kapitalisme-Sekularisme sedang
panas-panasnya. Internet dan pesatnya media sosial juga memiliki andil besar
dalam mempengaruhi intensitas berkembangnya perang ideologi. Keduanya mampu
menjadi medan perang ideologi paling efektif saat ini untuk membidik kaum
intelektual. Banyak website, akun dan sebagainya yang menyerang Islam, meski
kebanyakan berlabel Islam.
Perang ideologi pun
bisa kita jumpai lewat musik juga film. Islam, Kapitalisme, dan Sosialisme juga
getol mempropagandakan ideologi lewat dua media ini. Dan yang baru-baru ini
terjadi, dan ramai dibicarakan adalah tayangnya sebuah Film adopsi dari film
Turki,King Sulaeman yang ditayangkan
disebuah stasiun Televisi swasta. Film ini disinyalir banyak pihak sebagai
perlawanan ideologi kapitalis terhadap ideologi Islam yang mulai naik daun.
Dalam film itu digambarkan bahwa pemerintahan Islam itu penuh cerita kelam,
penuh dengan intrik-intrik dan kemunafikan. Tak hanya itu dalam film itu
ditonjolkan juga bahwa penguasa Muslim penuh dengan perbuatan amoral, dengan
penggambaran keberadaan Harem sang
sultan.Jauh dari itu keberadaan film ini tentu memiliki peran penting dalam
mengikis pemahaman umat kedepan tentang keagungan ideologi Islam yang
sesungguhnya.
Hal tersebut
sebenarnya bukanlah hal baru dulu saat luncur Film Die Hard 4.0 yang dibintangi Bruce Willis ada beberapa dialog yang
secara implisit menyebut kaum muslimin sebagai teroris. Juga Film True Lies yang menggambarkan seorang
teroris berkebangsaaan Arab yang memabawa senjata nuklir. Film ini dibintangi
aktor Arnold Schwarzenegger yang digambarkan sedang menyerang sarang teroris
yang berlatar belakang pemahaman Jihad. Dan masih banyak lagi.
Medan perang ideologi lewat media kan terus
berkembang, tinggal ideologi mana yang dapat memenangkan. Kita sebagai pelaku
sebuah peradaban memiliki pilihan, mengikuti arus yang menentang kebenaran yang
telah menjadi keyakinan atau pilih melawan.Jika media menjadi senjata, sudah
selayaknya kita melawannya dengan medan yang sama, begitu seharusnya. Idealnya
kita bukan hanya bisa mengkritisi namun bisa juga berkarya, melawan lewat
media.
Film Ar-Risalah
yang dibesut oleh Moustapha Akkad menjadi contoh perlawanan perang media.
Film ini dapat digarap denagn apik dan cukup detail dalam menyampaikan pesan
Islam kepada seluruh Dunia. Bahkan konon kabranya di Jepang, ketika film ini
diputar di bioskop yang ada disana, banyak orang jepang yang masuk Islam.
Moustapha Akkad pernah berkata”film-film
sejarah memiliki daya kreativitas yang sangat tinggi. Film modern hanya
memiliki kelebihan di bidang dialog dan proses pembuatannya, akan tetapi ia
tidak memiliki kreativitas tersebut. Kita umat muslimin memiliki masa lalu yang
indah, yang sangat berguna untuk kit6a jadikan pelajaran untuk masa depan kita.
Kekhawatiran besar saya ialah terhadap jebakan-jebakan yang dipasang
musuh-musuh kita. Jebakan-jebakan yang mereka tebarkan melalui propaganda lewat media-media masa
mereka. Menurutku media massa dapat dijadikan senjata yang jauh lebih mematikan
dari pada tank bom dan tank”. Perkataan ini memberikan motivasi kepada kita
untuk ikut serta dalam kancah peperangan media demi kemengan ideologi kita.
So, Mari ikut berperang, terus belajar dan
berkreativitas!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar